1. Health
  2. InaSH Imbau Masyarakat Lakukan Skrining Untuk Deteksi Dini Hipertensi
Health

InaSH Imbau Masyarakat Lakukan Skrining Untuk Deteksi Dini Hipertensi

InaSH Imbau Masyarakat Lakukan Skrining Untuk Deteksi Dini Hipertensi

Press Conference ‘The 19th Scientific Meeting Indonesian Society of Hypertension (InaSH) 2025’. (Ladiestory.id / Bulan Maghfira)

Ladiestory.id - Rendahnya keberhasilan pengendalian hipertensi masih perlu menjadi sorotan bagi berbagai pihak, serta merupakan tanggung jawab bersama. Kolaborasi berkesinambungan antara masyarakat, pemerintah, tenaga kesehatan, komunitas, dan organisasi lainnya sangatlah dibutuhkan untuk memerangi kondisi hipertensi, serta mencapai tujuan pengendalian hipertensi di Indonesia. 

Kolaborasi berbagai pihak tersebut perlu terlaksana dengan baik, karena seperti diketahui, insidensi hipertensi yang merupakan silent killer terus bertambah dan bahkan bisa terjadi kepada semua usia, mulai dari anak-anak, remaja, usia produktif dan ibu hamil.

Hipertensi dalam kehamilan misalnya, tidak hanya meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas bagi ibu, tetapi juga dapat menyebabkan komplikasi serius seperti preeklamsia, eklamsia, gangguan pertumbuhan janin, bahkan kematian ibu maupun janin. 

Dalam beberapa kasus, hipertensi pada kehamilan juga dapat menyebabkan kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah, yang keduanya tentu memiliki dampak jangka panjang terhadap kesehatan anak. Oleh sebab itu, pencegahan primordial terhadap hipertensi secara dini perlu dilakukan dalam upaya mengendalikan dan menurunkan angka hipertensi di Indonesia.

dr. Eka Harmeiwaty, Sp.N, Ketua InaSH, dalam Press Conference ‘The 19th Scientific Meeting Indonesian Society of Hypertension (InaSH) 2025. (Ladiestory.id / Bulan Maghfira)

 

dr. Eka Harmeiwaty, Sp.N, Ketua InaSH, dalam Press Conference ‘The 19th Scientific Meeting Indonesian Society of Hypertension (InaSH) 2025’ mengatakan bahwa pengendalian tekanan sangat penting untuk menghindari komplikasi hipertensi seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal jantung, gagal ginjal, kebutaan dan kepikunan. 

“Menurut RISKESDAS 2018 hanya 1 diantara 3 pasien hipertensi yang mencapai target pengobatan. Angka ini tidak jauh berbeda dengan hasil survei MMM yang dilakukan oleh PERHI, ditemukan target pengobatan hipertensi tercapai pada hanya 38,2%. Untuk mencapai target pengendalian hipeternsi 50% maka 24,3 juta lebih penduduk dengan hipertensi harus mendapatkan pengobatan yang efektif,” jelas dr. Eka.

Ia menambahkan, WHO pernah memperkirakan bahwa pada tahun 2023 ada 1,28 milyar penduduk dunia berusia 30-79 tahun adalah hipertensi dan hampir 2/3-nya hidup di negara berkembang, termasuk di Indonesia. Kurang dari separuhnya (42%) terdiagnosis dan mendapatkan pengobatan, namun hanya 21% yang mencapai target pengobatan. Hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Kementrian Kesehatan menunjukan prevalensi hipertensi di Indonesia menurun menjadi 30,8% dibandingkan hasil RISKESDAS 2018 (34,1%).

“Kami selalu menghimbau untuk memiliki gaya hidup sehat karena hipertensi bisa dipicu banyak hal. Merokok, obesitas, dan konsumsi garam berlebih merupakan faktor risiko utama hipertensi di Indonesia selain faktor genetika. Namun sayangnya, hingga saat ini belum ada kebijakan dari pemerintah secara eksplisit untuk larangan merokok. Polusi udara, lingkungan yang tidak sehat dan kebisingan juga dapat menyebabkan hipertensi,” tambahnya.

Oleh sebab itu, dr. Eka menghimbau bahwa skrining hipertensi untuk masyarakat perlu digalakan dalam menemukan kasus hipertensi lebih dini, sehingga dapat dilakukan pengobatan yang paling tepat. Program ini, sekali lagi, tentu melibatkan kelompok masyarakat.

Jaminan Kesehatan Nasional merupakan sebuah cara yang efektif untuk mengendalikan hipertensi di Indonesia namun harus dilengkapi dengan penguatan di pelayanan primer, seperti tersedianya pedoman hipertensi berbasis bukti terkini dan disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. 

Selain itu perlu pelatihan bagi tenaga kesehatan, sistem pengadaan dan distribusi obat yang dikelola dengan baik dan mendukung ketersediaan obat sesuai pedoman. Program ini hendaknya dievaluasi secara berkala baik di komunitas dan pusat-pusat pelayanan kesehatan untuk kepastian akuntabilitas dan dapat menstimulasi perbaikan program sehingga tetap terus berjalan.

Follow our
media updates!
Topics :
Artikel terlalu panjang? klik untuk rangkuman :
Bagikan Artikel